.... ,
Pelangi tak pernah berjanji akan selalu datang setiap hujan
reda. Tapi selalu dinanti.
Mendung tak pernah menjanjikan butiran hujan turun setiap
kali ia hadir. Tapi selalu dirindu.
Cinta tak pernah berjanji tidak akan menyakiti. Tapi selalu dinikmati.
Dia tak pernah menjanjikan kesempurnaan. Tapi selalu
mengenai kesederhanaan: yang sempurna.
Dan aku luluh.
Lantak, renyuh dan luruh. Dalam segala rasa yang mungkin tak
seharusnya ada.
Disentuhnya melalui tatapan mata, yang dalam. Rasanya seperti
ditelanjangi perasaan sendiri.
Dan aku dengan sukarela melepas helai demi helai perasaan
untuk membiarkannya masuk. Jauh dalam hatiku; tinggal disana.
Rangkaian peristiwa hadir berantai membangkitkan kenangan.
Yang kemudian terulang lagi.
Aku takut.
Bagaimana aku pernah begitu mencintai, kemudian jatuh.
Untuk kesekian kali, aku takut.
Bagaimana mungkin sebuah cinta bisa hadir begitu saja tanpa
aba-aba?
Seperti memulai sprint tanpa perlu sikap siap siaga.
Lari
begitu saja.
Berharap mencapai garis finish tanpa terjatuh.
Tak memandang
seberat apa lawan, tak mengira seberapa rumit rintangan.
Ketika semua hal perlu persiapan, yang kusiapkan hanyalah
landasan akhir yang tak menyakitkan,
meski tak mungkin.
Ketika semua hal perlu diakhiri, yang kuakhiri hanyalah
perasaan mati yang terus menggerogoti hati, sedikit demi sedikit.
Hingga hilang
seluruh rasa yang merasa.
Kemudian tiada.
Namun aku tak akan bisa lupa bagaimana dihujam cinta berkali-kali tanpa ampun;
Dijajahi perasaan gembira yang tak henti-henti,
Setiap kali bersama dirinya.
Aku lebih dari sekedar jatuh cinta.
Aku telah tenggelam.
No comments:
Post a Comment