.... , Kalau di catatan Harian Mas Boy, Ario bilang "Keluarga adalah nasib yang harus kita terima, sementara teman adalah keluarga yang kita pilih." Salah satu keluarga gue ialah Bendi. Bendi itu bukan nama orang, tapi nama wilayah di daerah Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Letaknya sekitar Jl. Delman Utara - Selatan, Komplek Seskoal.
Awalnya Bendi itu sekumpulan anak-anak yang tumbuh besar dan berkembang dilingkungan yang sama. Dan gue, salah satu yang diperkenalkan dan diperkenankan ada disana dan tumbuh tua bersama tanpa mengenal masa kanak-kanaknya. Bendi, secara spesifik menamakan dirinya "Qoesyoed".
Pertama kali kenal Bendi itu kelas 2 SMA. Diajak main sama Arif ke salah satu rumah temannya, namanya Adi. Pertemuan kedua sekitar tahun 2008, di rumah gue - yang kebetulan waktu itu baru pindah ke Tangerang - dengan personil Arif, Adi, Kiki dan Krisna. Inget banget waktu itu malem-malem main kerumah sampai diportal security komplek. Pertemuan ketiga itu adegan diculik ke anyer tanpa baju ganti. Personilnya sama, nambah Dedi. Jadilah itu pertemuan paling berkesan setelah gue dipaksa berenang dan berhasil menghilangkan kunci mobil di lautan seluas anyer. Pertemuan keempat terjadi gak sengaja di Blok M Plaza. Papasan pas mau nonton. Personilnya Arif, Adi, Kiki, Chandra dan Tety. Pertemuan kali ini gue dapet tantangan harus bisa ngajak ngobrol Chandra dan berhasil. Pertemuan berikutnya di Senayan City, dalam rangka nonton bareng. Kali ini ada Fhami. Pulangnya kita ngetem di depan Plasa Senayan kaya angkot lagi nungguin penumpang.
Dan banyak awal-awal pertemuan yang kebanyakan udah gue lupa, tapi selalu berkesan. Kadang kesannya gak enak, tapi itulah yang bikin kangen.
Makin kesini, makin kenal, makin sayang. Pertengahan tahun 2009, hampir tiap hari selalu bareng sama mereka. Sekedar nonton, makan, nongkrong, ngobrol, sampai main ke kota cuma buat ngeliat kupu-kupu yang lagi terbang disana. Liburan bareng ke anyer - dan gue hampir ngilangin baju, yang ternyata hanyut lagi ke pantai - ; main uno sambil dicurang-curangin; main truth or dare sampe bongkar aib-aib; upload foto aib buat lucu-lucuan di facebook, sampai bikin grup namanya "Brengsek Community" dan masing-masing dari kita punya jabatan yang gak lazim. Motto kita: "We are D'Brengsexxx, but We love a Milk" . Bendi selalu punya istilah yang gak ada di KBBI. Pas jaman-jamannya grup ini geger, kita selalu punya "buli-buli" buat istilah 'menganiaya secara halus' dan "mamam" buat sesuatu yang aneh. Bahkan sampai sekarangpun ada istilah "mistis" yang jadi keyword buat penghuninya.
Dari tahun baruan, arisan, bakti sosial ke pesantren, masak, belanja, hunting buku, bahkan sampai hal-hal yang gak enakpun selalu bareng. Ya, susah senang selalu sama-sama. Terasa banget solidaritasnya, dimana satu sama lain selalu bisa saling menutupi kekurangan yang lain. Menariknya, keberagaman kita itu gak saling mempengaruhi. Melakukan apa yang disukai, tanpa saling merugikan.
Gue bangga pernah kenal sama mereka, gue banyak belajar dari mereka dalam hal akademis maupun sosial. Perbedaan gak pernah jadi alasan untuk gak saling menyayangi dan berbagi. Buktinya, meskipun tiap lagi doa makan pasti gue bengong dan melipat tangan sendirian. Meskipun gue hampir jadi perempuan satu-satunya yang gak berkerudung di Bendi. Tapi gue selalu nyaman ada ditengah-tengah perbedaan itu. Dan gue merasa sangat terlindungi.
Gak perlu jadi orang lain untuk bisa diterima disuatu tempat. Jadilah diri sendiri dan lo akan layak ada disana. So, Friendship doesn't count miles or opportunity.. its measured by heart. ☺
No comments:
Post a Comment