.... , "eyes like a shutter, mind like a lens." - "Mata seperti rana, pikiran seperti lensa." tubuh kita sejatinya adalah sebuah kamera sekaligus fotografer. kita melihat segala sesuatu melalui pandangan kita, dan menyimpan hal-hal terbaik atau terburuk dalam memori kita. semuanya berawal dari sebuah pandangan, yang akan terekam dalam ingatan. Panjang pendeknya ingatan yang terekam; perspektif akan hal yang bersangkutan dan detail-detail yang terlihat, semuanya tergantung bagaimana kita "mengcapture"nya. tergantung bagaimana kita dapat mengambil 'angle' yang sempurna untuk setiap peristiwa, sehingga seburuk apapun kejadian yang kita foto, kita akan selalu melihat sisi yang indah dari foto itu.
ketika gue melihat perempuan merokok, dulu gue akan berkomentar "cewek kog ngerokok" tapi seiring dengan perkembangan kepribadian dan lingkungan sekeliling gue, hal itu lama kelamaan menjadi sesuatu yang biasa dan lumrah. dulu gue melihat bahwa kalau perempuan merokok itu seperti perempuan yang gak baik, tetapi dengan bertambahnya pengetahuan sosial gue dan berubahnya pola pikir, menurut gue sekarang, perempuan merokok itu biasa saja, karena gue sering melihat dan jadi terbiasa. bisa jadi sebenarnya mereka cuma bosan, dan mereka merasa dengan merokok mereka akan menjadi lebih tenang dan mendapatkan inspirasi baru. atau sebenarnya hanya karena mereka suka, mereka mau, bukan semata-mata karena gaya atau biar dianggap gaul dan keren. jadi, bisa jadi selama ini hal-hal yang kita anggap tabu/aneh, sebenarnya hanya karena kita belum terbiasa. Sama halnya seperti dulu ketika gue merasa aneh ketika melihat perempuan bercelana pendek kemana-mana, tapi kenyataannya celana pendek itu memang nyaman dan mungkin memang ada orang-orang yang menggunakannya karena 'nyaman' dan bukan karena ingin mempertontonkan pahanya.. kita menjudge seseorang itu biasanya karena kita belum terbiasa dengan kebiasaannya; dan kita menutup diri untuk lebih mengenalnya. atau malah kita terlalu termakan peraturan orang tua, atau orang-orang dipergaulan lama kita, sehingga ketika kita bertemu dengan orang baru yang kontras dengan kita, kita akan berusaha menjauh dan segan menerimanya. kita terlalu memukul rata pandangan, bahwa pandangan orang lain mengenai A akan sama dengan pandangan kita, sehingga kita menjudgenya habis-habisan dengan opini-opini dan saran yang menurut kita baik. hey, apa yang menurut kita baik, belum tentu buat dia juga baik kan?
hidup memang selalu tentang menerima. kalau lo gak bisa menerima perbedaan, lama-lama lo bisa meninggal ditempat termakan idealisme lo yang belum tentu benar. bagus sih memegang teguh pendirian, tapi kalau gak mau berkembang... sampai kapan lo mau berjalan ditempat?
setiap fotografer pasti punya gaya dan caranya masing-masing untuk bisa menghasilkan foto yang baik. setiap fotografer pasti punya pandangan yang berbeda-beda mengenai foto yang sama. ada yang akan berkomentar, "kurang pencahayaan." atau "seandainya diambil dari sudut ini, pasti lebih baik." atau "foto ini tidak layak dalam pameran." dsb. setiap fotografer tentunya punya cara yang berbeda mengaplikasikan tehniknya dalam berfoto dan kesukaan-kesukaannya mengambil gambar. ada fotografer yang hanya suka hunting landscape (pemandangan), ada yang suka hunting model, objek, dsb. setiap fotograferpun pasti punya alasan masing-masing saat memegang kamera mereka. ada yang hanya ingin hunting (menjalankan hobi), rutinitas sebagai fotografer (profesi), dsb. setiap fotograferpun punya tipe-tipe kamera kesayangan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan mereka. lihat, dari sini saja kita dapat sedikit menarik kesimpulan bahwa banyak perspektif dan alasan dari masing-masing persoalan. ketika gue dapat nilai E disatu mata kuliah, pasti akan ada yang berpendapat "gak pinter." atau "apes banget sih lo." atau malah akan ada yang berkomentar, "cuma masalah kehadiran (absensi) doang kog. masih ada semester depan." atau ketika gue dapat nilai A disatu mata kuliah, pasti akan ada saja yang berpikir gue mencontek, hanya karena dia selalu menganggap orang-orang disekelilingnya, termasuk dirinya adalah tukang mencontek.
sebagai sebuah kamera, lo gak selalu ada diatas tripod. artinya, gak selalu akan ada yang memback-up lo agar gak jatoh. ditangan seorang fotografer handalpun, lo belum aman dari resiko jatoh. sebagai fotografer, lo gak akan bisa motret kalau lo gak mau belajar; lo gak hunting; ngobrol dan tukar pikiran sama fotografer senior; hadir di pameran-pameran dan mulai mengamati; rajin praktek dan mencari tau; dsb. kalau lo gak membuka pikiran lo, selamanya lo gak akan bisa belajar menerima.
setiap orang bisa asal 'cekrek'; tapi gak semua orang bisa dapet hasil foto yang bagus dan punya nilai. So, be a genius photographer who can always take a beautiful picture in every worst moment..
No comments:
Post a Comment