.... , seseorang berkata, "Kenapa selama ini kita mencari dimana Tuhan... Sementara Gurupun akan diam ketika muridnya sedang ujian." Gue perlu membaca kalimat ini dua kali -dan pada kali kedua, gue tersenyum puas- dan mendapat tamparan keras dihati. Ya, kenapa kita selalu mencari dimana Tuhan; menyalahkanNya atas segelintir takdir dan kesulitan-kesulitan yang kita alami? Tuhan itu universal. Agama yang menjadikannya personal.
Seorang guru memberikan ujian kepada muridnya dengan tujuan agar pelajaran yang telah diberikan olehnya, memang dipahami betul oleh si murid. Pengulangan kembali yang dimaksudkan agar pengetahuan yang diajarkan benar-benar melekat. Sebelum ujian, kita akan menerima kisi-kisi (materi yang akan diujikan) -yang seandainya tidakpun, kita telah menerima pelajaran sampai sebelum ujian, dan itulah yang menjadi kisi-kisi kita menghadapi ujian- dan kita menjadikannya sebagai pedoman, mana-mana yang harus dipelajari. Saat ujian berlangsung, guru mengawasi. Memperhatikan muridnya, mana yang kelihatan mampu dan mana yang kelihatan takut-takut untuk mencontek. Ia tidak berbuat apapun, bahkan mungkin ketika ia tahu pasti bahwa salah seorang muridnya tengah asyik mencontek. Namun tak jarang, ia mendekati murid yang terlihat bingung dan memberikan sedikit titik terang; atau dengan tegas merampas kertas catatan kecil yang dipakai oleh muridnya untuk mencontek.
Masalah itu ibarat ujian. Tuhan itu guru. Dan kita, adalah murid-murid kecilnya yang belum juga tamat dari sekolah yang disebut Hidup. Kita mempelajari banyak hal, melalui pengalaman-pengalaman -baik yang menyenangkan maupun tidak- melalui keluarga, teman, sahabat dan orang-orang dekat. Yang pada titik tertentu akan menempuh ujian untuk maju ke tahap selanjutnya. Pendek kata, naik kelas! Ujian tersebut bisa jadi konsekuensi, resiko, atau tantangan mengenai sesuatu hal. Yang berkaitan dengan kita. Yang sudah kita pelajari. Pasti pernah dengar kalimat, "Tuhan gak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umat-Nya." Ya. Kenyataannya memang begitu. Terkadang kita merasa gak mampu karena enggan mencoba, merasa lemah dan gak sanggup menghadapinya. Mengeluh. Kemudian membiarkan diri kita 'tinggal kelas'dan menikmati jadi veteran seumur hidup. Stagnan, berhenti ditempat. Yakin, gak mau naik kelas? Yakin, gak malu sama diri sendiri? Yakin, mau terus-terusan belajar yang itu-itu saja, sementara teman-teman kita yang lain mungkin sudah lebih jauh dari kita?
Bayangkan kita ada disekolah reguler, kemudian tinggal kelas. Berkali-kali. Persis seperti itu rasanya.
Kita seringkali menyalahkan takdir, mencemooh Tuhan ketika kita gak berhasil melewati satu masalah. Kita bertanya-tanya kemana Tuhan. Dimana Tuhan. Persis ketika kita gak bisa mengerjakan soal ujian dan mencemooh guru kita karena kita menganggap materinya gak sesuai dengan soal. Pertanyaannya: Apa kita sudah belajar dengan baik? Apa kita sudah membaca dengan teliti? Apa kita sudah memahami pertanyaannya? Ya, cuma diri kita yang bisa jawab. Kalau kita paham betul materi yang diujikan, mungkin hanya perlu 15 menit mengerjakan dan kemudian kita bertolak keluar kelas dengan bangga. Namun ketika kita skakmat dengan soal ujian yang sama sekali kita gak paham, kita bakal keluar terakhir dengan wajah lebih kusut dari baju lecek.
Jadi, apa lo bakal masih mempersalahkan Tuhan ketika waktu ujian lo tiba? Apa lo bakal mempersalahkan hidup kenapa kurikulumnya gak sesuai? Guru diam bukan berarti tidak tahu. Tuhan diam bukan berarti tidak peduli. Guru memberikan pengetahuan demi pengetahuan supaya kita menjadi pintar dan dapat melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, lulus dengan nilai maksimal dan mendapat pekerjaan layak dan kehidupan mapan. Guru tidak berpamrih. Pahlawan tanpa tanda jasa, begitu kata orang-orang. Guru gak perlu plakat atau medali untuk mampu menghasilkan menteri-menteri dan orang-orang pintar. Demikian, Guru kehidupan. Tuhan selalu menyiapkan yang terbaik buat kita, bukan? Karenanya, ujian demi ujian yang kita hadapi, semata-mata demi umat kesayangan-Nya. Demi kebahagiaan kita. :)
No comments:
Post a Comment