Thursday, March 08, 2012

IWD

.... , International Women's day. 8 Maret diperingati sebagai hari Perempuan Sedunia. Hari yang cukup keramat bagi perempuan diseluruh dunia. Dimana secara history, hari Perempuan Sedunia merupakan tonggak kebangkitan kaum perempuan untuk memperjuangkan hak dan martabatnya yang sekian lama dijajah oleh sistem masyarakat.

Di negara kita, gaung peringatan IWD terbatas pada elit kelompok perempuan saja, padahal masih banyak kaum perempuan di negara kita yang mengalami penjajahan baik secara fisik maupun mental. Masih banyak pekerja-pekerja perempuan yang mengalami pelecehan, penindasan dan ketidaksetaraan. Masih banyak pula ibu rumah tangga yang mengalami kekerasan rumah tangga, baik fisik maupun mental; tidak memperoleh nafkah lahir batin dan mengambil peran ganda sebagai kepala rumah tangga. Ironis.

Padahal dalam sejarahnya, IWD termasuk monumental, sebab merupakan awal bagi perjuangan kaum perempuan. Pertama kali diperingati tahun 1911 di Jerman, Austria, Denmark dan beberapa negara Eropa. Asal mula pemilihan tanggal 8 Maret sebagai Hari Perempuan Sedunia dipelopori pada saat jaman Raja Prusia (Ketika itu Jerman) pada tahun 1848 menjanjikan berbagai kebijakan reformasi, termasuk pemberian hak suara bagi kaum perempuan dihadapan massa buruh perempuan. Jutaan pamflet yang menyerukan aksi-aksi untuk menuntut hak suara itu disebarkan dihampir setiap pelosok Prusia. Dipelopori oleh aktivis perempuan radikal Rusia bernama Alexandra Kollontai, pengorganisasian dan pengorganisiran kelompok-kelompok kaum hawa itu dilakukan setiap hari. Ia membantu menulis pamflet yang berisi seruan-seruan perlawanan kaum perempuan guna menuntut hak suara dan mengkampanyekannya secara luas. 

Sementara di Australia, IDW pertama kali diperingati dengan rally di Sidney pada 25 Maret 1928. Gerakan Perempuan Militan mengorganisir tuntutan untuk mengangkat kesetaraan upah dan pengurangan jam kerja yang ketika itu dianggap terlalu padat. Tuntutan persamaan kerja dan penentangan terhadap pengadilan Arbitrase yang diskriminatif menjadi tuntutan pada peringatan di Melbourne tahun 1931. Momentum yang paling besar diciptakan di Petograd, Maret 1917; dimana perempuan buruh pekerja tekstil keluar dan turun kejalan menentang larangan kerja ketika pabrik Putilov ditutup. Semakin hari jumlahnya semakin banyak dan menjadi kelompok besar, bergabing bersama ribuan mahasiswa dan kaum buruh lainnya, tumpah ruah dijalan-jalan memenuhi kota. Mereka menentang kekerasan dan otokrasi hingga berujung pada tuntutan penggulingan Tsar. Petograd, yang merupakan kawasan pabrik terbesar di Rusia ketika itu, menjadi slogan yang menyatukan semua kepentingan, hingga Tsar terguling. Poin keberhasilan dari gerakan ini adalah bahwa untuk pertama kalinya sebuah gerakan perempuan terorganisir begitu rapi dan bergabung dalam pemberontakan dan perlawanan terhadap Tzarisme Rusia. Itu yang tidak terjadi dalam berbagai gerakan revolusi dunia lainnya.

Penindasan terhadap kaum perempuan mempunyai akar sejarah yang panjang. Sistem Kapitalis yang menyandarkan peran kaum modal dan memposisikan kaum perempuan sebagai pihak yang paling ditindas adalah basis persoalannya. Penindasan itu bukan berasal dari kategorisasi seksual, sebab kategori biologis hanya merupakan alat legitimasi untuk mengeksploitasi kaum perempuan secara ekonomi, memberi upah rendah dan diskriminasi sosial sebagai upaya menekan biaya produksi. Perspektif Marxis memberikan kesimpulan bahwa tidak akan mungkin ada kesetaraan dibawah sistem kapitalisme. Berangkat dari basis analisa ini, gerakan perempuan terus diletakkan.

Meskipun begitu, kenyataannya perjuangan perempuan untuk mendapatkan kesetaraan tidaklah berhenti sampai disini. Faktanya masih banyak perempuan yang masih dijajah oleh sistem kemasyarakatan. Angka pelecehanpun tidak kunjung menurun. Pada dasarnya perempuan memang indah dan terlihat lemah, sehingga terkesan mudah dilecehkan dan diremehkan. Meskipun saat ini sudah banyak juga perempuan yang menjadi Top Leader di perusahaan-perusahaan, memiliki karir yang lebih tinggi dan melesat daripada laki-laki, namun hal itu tidak semata menjanjikan kesetaraan yang layak. Meskipun sudah banyak organisasi-organisasi yang memperjuangkan kesetaraan kaum perempuan, jika dari perempuannya sendiri masih ingin dijajah.. sia-sia ya rasanya perjuangan mereka -yang kadang terkesan berkelompok- itu.

Perjuangan itu bukan dimulai dengan bergabung bersama organisasi pembela kaum perempuan dan menjadi aktivis kemudian sibuk bercuap-cuap disana-sini dan menggembar gemborkan visi misi untuk mewujudkan kesetaraan, tetapi dimulai dari diri kita sendiri, sebagai perempuan. Melayakkan diri untuk memperoleh kesetaraan dan belajar menghargai diri kita sendiri. Menyepadankan diripun bukan perkara mudah, tetapi dengan menunjukkan bahwa kita juga layak diperhitungkan, kesetaraan bukan lagi penghalang. Jangan merasa rendah diri. Percaya pada kemampuan diri kita. Jangan karena kita perempuan lantas kita merasa minder dan takut dianggap sok tahu. Tunjukkan saja bahwa kita memang mampu.

Happy International Women's Day! We are amazing!

No comments:

Post a Comment