.... , Apa yang kamu katakan haruslah benar, tetapi tidak semua kebenaran harus dikatakan. Wacana ini akrab banget ditelinga kita, seperti konsep halus untuk kalimat "berbohong demi kebaikan." Ada gak sih namanya berbohong itu baik? pertanyaan yang cuma bisa dijawab dengan idealisme lo masing-masing. Kalau iklan salah satu pembersih bilang "berani kotor itu baik" mungkin dia salah satu penganut paham "berbohong demi kebaikan."
Kadang kitapun pasti masih sering terperangkap dalam keseharian "bohong demi kebaikan" atau dalam bahasa lugasnya: memberitahu hal-hal yang memang perlu diberitahukan saja. ketika seseorang bertanya "Kenapa gak cerita semuanya?", kita mungkin akan berdalih "Gue pikir lo gak perlu tahu" dsb. Selalu ada alasan dibalik bohong demi kebaikan itu. walaupun alasan paling utama adalah menghindari perasaan gak enak/sakit hati dari pihak yang bersangkutan dan keamanan diri kita pribadi. Kita memang terlahir dengan bakat membela diri yang luar biasa, selalu bisa mengalihkan situasi sehingga kita ada di posisi benar. Banyak orang yang berbakat seperti itu. Bohong demi kebaikan itu kadang lucu, miris, menyebalkan, tapi tetap dibutuhkan. Bagaimanapun.
Ketika kecil kita suka diajarkan berbohong secara tidak langsung. Misalnya ketika teman orang tua menelepon mencari orang tua kita, kita akan disuruh bilang "bilang mama gak ada" dan ketika kita tanya mengapa, orang tua mungkin hanya akan memberi penjelasan yang tidak kita mengerti hingga akhirnya kita berhenti bertanya. Entah mungkin gue aja yang mengalaminya, atau banyak yang juga mengalaminya (mungkin dalam bentuk lain), yang pasti dari kecil, mental kita udah terdidik untuk berbohong dengan dalih 'demi kebaikan'
Pada dasarnya, gue gak memungkiri kalau konsep "apa yang kamu katakan haruslah benar, tetapi tidak semua kebenaran harus dikatakan." benar adanya. Sedari tadi gue membahas rentetan kalimat dibelakang koma, namun gue mengiyakan keseluruhan kalimat ini. lo harus mengatakan sesuatu yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan, tapi gak semua kebenaran yang lo tahu harus dikatakan. Jangan sampai lo mengatakan sesuatu tapi gak tahu kebenarannya. Dan jangan sampai juga lo mengatakan semua hal, termasuk hal-hal yang sebenarnya gak perlu lo bilang (meskipun itu benar) . Ya, meskipun benar. Lo gak perlu kan cerita sama temen lo semua hal tentang diri lo, bahkan sampai yang paling buruk atau menggelikan. Kadang gak semua orang bisa mendengarkan dengan baik hal-hal semacam itu. Ada baiknya lo diam, dan nunggu ditanya. Atau ketika temen lo curhat ke lo tentang sesuatu, dan lo menggembor-gemborkannya ke orang-orang tanpa dosa. Atau gak mungkin kan, lo cerita ke pacar lo tentang mantan lo dan ngapain aja sama dia. Iya kalau dia nanya dan mau tahu, kalau engga, kan malah bikin ribut aja dan pasti dia akan beranggapan kalau lo masih care sama mantan lo itu. Nah, salah paham kan!
Itulah kenapa gue mengiyakan konsep tersebut. Sama halnya kaya ada hal yang emang seharusnya lo gaktau, dan gak semua hal perlu lo tau. Lo gak perlu tahu nama orang tua dosen lo kan? Sama kaya, lo gak perlu bilang ke semua orang tentang hidup lo kan? sekalipun yang lo bilang itu adalah kebenaran dan fakta. Terlalu banyak tahu malah menyebabkan gangguan fungsi 'hati' karena terus menerus menelan fakta mentah-mentah.
Konsep itu menjaga kita dan orang-orang sekitar kita dari sakit hati. Mungkin terkesan berpura-pura dan gak fair. Selama kita masih bisa menjaga kestabilan semuanya dengan bersikap demikian, mengapa tidak? Jujur sama polos bedanya tipis. Polos sama gak pinter juga bedanya tipis. Tinggal pilih aja, mau dianggap jujur, polos, atau gak pinter? Lo gak akan dianggap pembohong kog kalau lo cuma mau mengatakan apa yang lo mau katakan aja/ apa yang perlu diketahui aja. Kecuali lo juga bohong pas mengatakan hal itu, baru itu namanya pembohong.
Jadi, katakan aja apa yang perlu dikatakan, ketahui apa yang perlu diketahui. Kurangi rasa penasaran, jadilah jujur (bukan polos/gak pinter), dan lo akan terhindar dari sakit hati yang gak perlu.
Be smart!
No comments:
Post a Comment