Thursday, October 10, 2013

Jika Benar

.... ,
Jika aku benar dijadikan Tuhan dari tulang rusukmu, maka biarkan aku kembali kepadamu untuk menggenapkanmu.

Jika aku benar dijadikan Tuhan dari doa panjangmu setiap malam, maka biarkan aku mengabulkan setiap kata dalam doamu.

Jika aku benar dijadikan Tuhan dari mimpimu akan kebahagiaan, maka biarkan aku mewujudkan harapanmu.

Jika aku benar dijadikan Tuhan untukmu, maka kita akan lekas bertemu. Percayalah, kamu tidak akan melewatkan aku.

Hilang

.... ,
Tak ada yang lebih menakutkan selain kehilangan, katanya.

Bagiku,
Kebahagiaan yang mendekat adalah hal yang paling menakutkan. Sebab kadang kita terlalu larut dalam kebahagiaan, sampai lupa bahwa kita pasti akan kehilangan.



Tanpa Judul

.... , 
Aku pernah mengecup rindu dalam doa, di hadapan Esa. Ku catut namamu dalam sebuah paragraf tanpa titik koma, saat khidmat berbincang denganNya. 

Dua cangkir air mata ruah, ku sesap perlahan sebagai pelipur lara. Sepotong hati tengah berduka, dalam luka yang dibawa dari dasar hatinya.

Aku pernah mengatup kedua tangan rapat-rapat, seperti seorang anak kecil menggigil terserang udara dingin. Menyeru satu nama yang sama berulang kali, disanding rindu sebagai pelengkapnya. Namamu adalah ingatan. Sementara waktu enggan memisahkannya dengan luka.

Debar demi debar mempercepat geraknya, membuatku gusar. Sepasang mata tengah bersedih, dalam cinta yang ditujukannya pada angan.

Aku pernah mencintai dengan cukup berani melepaskan dengan alasan kebahagiaan. Ku tutup kedua mataku dan ku hirup aromamu untuk terakhir kali, sambil berbisik "semoga kamu baik-baik saja."

Kemudian kita akan belajar saling melupakan, atau memaksa diri untuk melupakan, atau berharap dapat hilang ingatan.

Aku pernah mencintai kamu.

Wednesday, October 09, 2013

Pada Sebuah Nama

.... ,
Pada sebuah nama.
Aku merangkai doa, sebab ia telah lekat dalam setiap sujud.

Pada sebuah nama.
Aku menitip rindu, sebab degup ini jadi terlalu menginginkan temu.

Pada sebuah nama.
Aku membisik cinta, sebab suaraku patah ditenggorokan setiap kita jumpa.

Pada sebuah nama. Aku jatuh cinta.

Suatu Ketika di sebuah Perjalanan

.... ,
Suatu ketika disebuah perjalanan menuju akhir cerita; aku berkendara dengan kecepatan yang cukup menegangkan: disaat aku ingin melambat menikmati pemandangan sepanjang jalan. 

Tak sadar, kendaraan dibelakangku melaju lebih kencang. 

Seketika, aku tertabrak truk tangki yang membawa penuh kenangan. Aku oleng. Muatannya memenuhi sanubariku, membuat segala emosi terpendamku bangkit dari masa lalunya dan mencari sepasang mata yang pernah menatapku dengan cinta yang begitu penuh.

Seat beltku lepas, seakan aku tidak pernah menggunakannya untuk berkendara. Aku membiarkan diriku hanyut dalam ingatan-ingatan yang semestinya ku lupakan. Aku membiarkan semuanya lepas, sampai aku lupa; ada tamparan-tamparan kecil dari gusar sebuah bibir yang mengingatkan aku untuk tetap berada di pijakan.

Setengah sadar, aku berusaha bangun dengan kenangan disekujur tubuh. Beberapa datang mengulurkan tangan, kuraih, tetapi hanya untuk ku lepaskan. Dan aku kembali jatuh berlumuran kenangan.

Kulihat kendaraanku rusak parah. Aku terdiam. Kulihat lagi pengemudiku, ia diam tersenyum getir kearahku. Di dadanya tertancap sebuah kaca seperti panah, basah dengan kenangan. Pandangannya hilang, tapi aku masih bisa menangkap bayanganku samar-samar. Tidak, dia tidak mati dengan luka seperti itu, tetapi ia telah mati dalam hatinya.

Dia pernah berjanji akan membawa aku sampai ke tujuan. Inikah tempat yang ku tuju? Inikah tempat yang ingin dia tuju? Inikah tempat yang akan kita tuju? Atau kecelakaan ini semata hanya peringatan, bahwa banyak rambu yang harus selalu diperhatikan supaya tidak lengah; atau sekadar mengingatkan untuk tidak berjalan terlalu cepat.

Aku menunduk. Kehilangan kata-kata.

Suatu ketika di sebuah perjalanan menuju akhir cerita; aku tengah berduka. Untuk sebuah celaka yang tak terencana, yang membuat semua tak lagi sama.

Suatu ketika di sebuah perjalanan.

Monday, October 07, 2013

Cerita tentang Cinta yang Patah

.... , 

Saya sedang membaca buku tentang cinta chapter pertama. Ceritanya masih biasa-biasa saja. Tokoh utamanya adalah seorang perempuan muda, yang patah hati dengan senja.
.
.
Saya melanjutkan membaca chapter kedua. Ceritanya masih biasa-biasa saja. Perempuan muda itu bersikukuh bertahan, mendirikan benteng berlapis-lapis di hatinya, dengan menyisakan pintu kecil yang terbuat dari kayu dibawahnya. 

Satu-satunya yang tidak dilindungi egonya.

Berharap, ada ksatria masuk dan menyelamatkan harapannya.
.
.
Saya kembali melanjutkan membaca chapter ketiga. Saya resah, apakah harus melanjutkan membaca buku ini atau tidak; sebab membosankan, saya mampu menerka ending cerita tentang cinta. Namun pada akhirnya saya memutuskan untuk tetap membacanya.
.
.
Pada chapter ketiga, perempuan ini bertemu dengan ombak yang menggulung kedua kaki mungilnya, ditempatnya biasa ia memperingati senja. Sekejap saja, ia ingin hanyut bersamanya.

Ombak tak ayal seumpama benang jahit yang berhasil menelusup masuk kedalam lubang jarum yang kecil. Benang jahit itu ialah cintanya, dan lubang jarum itu ialah hatinya.

Ia akhirnya jatuh cinta lagi.
.
.
Saya melanjutkan kembali untuk membaca chapter terakhir. Saya ingin tahu bagaimana cerita ini akan berakhir.
Dan saya tercengang,

Karena ternyata, ombak lebih mencintai bibir pantai ketimbang perempuan itu.
.
.
Perempuan itupun kembali patah hati. Sejak saat itu, ia benci pantai dan segala isinya.

Sunday, September 15, 2013

Diam

.... , Malam ini kami mencoba mengadu kata. Ia menantang aku untuk menantangnya menulis. Aku tahu ia bisa menulis, hanya saja dia tidak suka melakukannya. Kemudian kami bertukar kata. Aku memberinya 1 kata, dan ia mengolahnya menjadi serangkaian kalimat:

Diam bukan berarti aku hanya diam.
Banyak yang terlintas di hati maupun pikiran.
Diam itu berarti kegelisahan mulai datang menyerang.
Kenangan dari masa lalu mulai menghantui lagi.
Diam juga bisa membuat dunia seperti tempat hukuman setelah kiamat.
Diam juga membuat aku merasa masa depan itu mengerikan.
Aku tidak ingin hidup di masa depan.
Jadi, lebih baik mati?
.
.
Kadang, aku merasa begitu.

ditulis oleh Rusjana Satyaputra, disela-sela menonton pertandingan sepakbola.

Diam tidak semenakutkan itu, sayang.
Kadangkala, diam adalah jawaban.

ditulis oleh saya, yang gatal untuk membalas kalimatnya - masih disela-sela menonton pertandingan sepakbola.

Diam itu bukan jawaban, sayang.
Diam itu pertanyaan.

ia masih saja bersikeras.

Pertanyaan macam apa yang dilontarkan diam?

 aku lebih bersikeras darinya. Ini pertarungan kata-kata.

Seharusnya kamu tahu, sayang.

ia memang kepala batu.

Tidak semua hal aku tahu, tidak semua ketidaktahuanku kamu tahu.
Kalau diam adalah pertanyaan untukmu,
Maka diam menjadi jawaban bagiku.
.
.
Diam-mu, sayang. Membunuh hatiku.

aku menggencatnya dengan kata-kata.

Aku tidak akan membunuhmu, sayang.
Tidak akan pernah.
.
.
Diam ini biarlah aku jawab sendiri.
Karena diam ini merupakan pertanyaan.

aku tersenyum. Dia tersenyum. Mungkin membosankan untuk sebagian orang, tapi untukku, pertarungan ini lebih menyenangkan. Dibanding bersilat lidah dalam argumen.

15 September 2013. Kamar Kost. Disela-sela pertandingan sepakbola.

Thursday, September 12, 2013

Koma

.... ,
Biarlah aku hanya jadi koma. Memberi kamu singgah untuk melanjutkan yang tertunda.

Biarlah aku hanya jadi koma. Menggenapkan makna untuk melengkapi.

Biarlah aku hanya jadi koma, berdiri diantara barisan kalimatmu hingga jadi sempurna.

Biarlah aku hanya jadi koma, supaya bisa kau temui titik diujung kata.

Biarlah aku hanya jadi koma,

..... dan biarkan dia mengakhiri semuanya.

Dia Bilang

.... ,
She said,                                                                                                                         I said,

Dia bilang, dia tidak bisa hidup tanpa aku.
Dia bilang, dia akan mati tanpa aku.
Padahal dia masih punya mimpi.
Padahal dia masih punya kamu.
Entah siapa kamu.
Tetapi yang pasti, di matanya ada bayangan selain aku.
Dia bodoh, tidak mengindahkan sekelilingnya.
Dia bodoh, sebab melihatku selalu sebagai kamu.
Akankah dia sadar, aku hanya hela napasnya?
Dia bilang, dia tidak bisa hidup tanpa aku
Dia hanya butuh air untuk menyiram kata itu,
hingga hilang dari hati dan logikanya.
Dia bilang, dia akan mati tanpa aku.
Yang dia butuh hanyalah napas tanpa hel, tanpa jeda.
Tetapi dia lupa, jika seperti itu, akan membuat lebih luka.
Dia bilang, dia tidak bisa hidup tanpa aku
Dengan egonya tanpa menoleh kearahku, 

melihat aku yang lebih terluka,
.
.
.
karenanya.


with Santi Riza Utami. Disela-sela waktu kerja.

Lengat

.... ,
Aku butuh diingatkan untuk melupakan.
Sebab namamu layaknya syair lagu cinta sepanjang masa, dan aku tidak pernah bisa lupa.
Sebanyak apapun waktu berusaha bicara.

Aku butuh dilupakan untuk mengingatkan.
Sebab jarak terbentang diantara kita bukan karena satuan ukur, melainkan karena satuan hitung.
Berkali-kali, kamu masih saja belajar membagi.

Aku butuh diingatkan untuk melupakan.
Bahwa sakit yang kau bawa, masih menggenang dalam dada.

Monday, September 09, 2013

Kalau Setiap Tulisan Punya Nyawa

.... ,
Kalau setiap tulisan punya nyawa, pastilah ia sudah mencari kamu.
Mereka akan mengeluhkan tentang aku, tentang bagaimana aku tidak bisa beranjak darimu.
Mereka juga akan bercerita banyak hal, tentang isi hati mereka; yang merupakan isi hatiku.
Lagi-lagi tentangmu.

Kalau setiap tulisan punya nyawa, pastilah aku sudah mati dirajam mereka dengan kalimat-kalimat yang ku buat sendiri.
Mereka akan menangis keras di hadapanku, memintaku untuk berhenti menuliskan tentang kamu.
Mereka akan berteriak lantang di telingaku, "tolong, berhenti!"

Kalau setiap tulisan punya nyawa, pastilah setiap perasaan akan mudah tersampaikan.
Sebab kita tidak perlu bibir untuk bicara, atau sentuhan untuk menyatakan.

Kalau setiap tulisan punya nyawa. Kita pasti sudah lama bersama.

Kalau setiap tulisan punya nyawa.

Perjalanan (2)

.... ,
Saya tidak suka tidur di perjalanan.
Takut-takut kehilangan banyak kesempatan.

Saya tidak suka tidur di perjalanan.
Takut-takut tidak sampai di tujuan, tersasar.

Saya tidak suka tidur di perjalanan.
Takut-takut tidak akan pernah terjaga lagi.

masih ditulis di bus travel dalam perjalanan ke Bandung.

Perjalanan (1)

.... ,
Barisan lampu berjajar sepanjang jalan.
Tiap pendarnya punya cerita sendiri-sendiri.

Seperti ingatan, ia mengalir mengalun.

Perjalanan ini tak sebentar. Entah berapa juta ingatan di kepala, melintas mengelilingi masa.
.
.
.
Barisan kendaraan melaju perlahan.
Diterangi jajaran lampu di sepanjang jalan.

Sebab setiap perjalanan pasti punya tujuan. Untuk pulang.
...
ke Pangkuan-Nya.

ditulis di bus travel dalam perjalanan ke Bandung, lewat pukul 9 malam.

Sunday, September 08, 2013

September

.... ,
September ceria, katanya. Awal bulan ini gue udah lumayan suram melihat kondisi keuangan yang cukup menegangkan. Ritme kehidupan merata naik turun tak menentu, kadang seperti mempermainkan hati dan pikiran. Yah, pasti ada banyak hal yang bisa dipetik dari beragam kejadian lalu lalang yang terjadi.

September ceria, katanya. Dikejar deadline bukan sesuatu yang menceriakan sebenarnya. Tapi gue menikmati setiap ketegangan dihimpit waktu yang semakin menipis. Menyenangkan, walau dibalik itu sering timbul perasaan menyesal "kenapa gak dari dulu ngerjainnya.?" Tapi gue juga tau, kalau gue ngerjain dari dulu; belum tentu juga akan cepat rapih.

Kadang pola pikir yang terlalu "SKS" ini menyusahkan. Tapi yah, itu faktor kebiasaan menahun yang agaknya masih sulit diubah. Sampai detik ini. Bangun yang masih sering mepet dan akhirnya terburu berangkat ke kantor, dan voila, Haha.! Telat. Kebiasaan jaman sekolah untuk sarapan pagi pun, sudah lama hilang begitu saja. Akhirnya bukan makanan yang pertama masuk ke dalam mulut, tapi sudah sebatang dua batang tembakau untuk mengawali hari. Dan banyak hal berubah seiring pertambahan usia dan kebiasaan. Hidup sering terlalu luar biasa memang.

Sebentar lagi pun, akan semakin banyak hal yang berubah. Dari status terutama. Gue belum pernah membayangkan seperti apa rasanya harus melayani orang lain dan hidup bersama dalam kurun waktu selamanya dengan orang yang itu-itu saja. Gue bahkan tidak pernah membayangkan akan melepas lajang di usia yang masih cukup muda, walau gak muda-muda banget. Kadang terpikir, apa iya gue sanggup.? Dengan banyak cita-cita yang masih belum tercapai, dengan banyak hal yang belum kesampaian. Tapi gue pikir lagi, tidak karena status berubah, lantas cita-cita dan visi misi gue dalam hidup lantas berubah. (kecuali untuk tambah tattoo lagi - jujur, gue masih gak paham kenapa tattoo sebaiknya tidak dilakukan dalam keyakinan agama tertentu. Kalau setiap orang berhak untuk mencintai dengan caranya masing-masing, seharusnya menato tubuh adalah bagian dari caranya mencintai dirinya. Entahlah. Tetapi yang pasti, gue akan merindukan perasaan 'menyenangkan' saat di tattoo.)

Tapi bukan berarti gue siap. Bukan berarti juga gue tidak siap. Semuanya hanya akan kembali ke masalah waktu. 

Semoga gue akan baik-baik saja. Semoga semua akan baik-baik saja. September, don't run to fast.


Apa yang tidak KITA bagi.?

.... ,
Apa yang tidak kita bagi.?
Kita saling bertukar karbondioksida. Tak jarang berbagi oksigen.

Apa yang tidak kita bagi.?
Kita saling berbagi pijakan. Tempatmu berdiri, seringkali ku gunakan untuk duduk. Tempatku tidur, seringkali kau gunakan untuk bekerja.

Apa yang tidak kita bagi.?
Kita saling berbagi asap; kadang dari sumbu yang sama. Kadang hanya dalam waktu yang sama. Aku tidak bisa menyukai pekat milikmu seperti kau sanggup bertahan dengan manisnya milik ku.

Apa yang tidak kita bagi.?
Kita saling berbagi cerita. Ah, meskipun itu sudah terlalu biasa.

Apa yang tidak kita bagi.?
Kita saling berbagi ranjang. Kadang kita bersebelahan, kadang kita berlindung dalam peluk selimut dalam telanjang. Sesekali kita saling membelakangi.

Apa yang tidak kita bagi.?
Kita saling berbagi luka. Tidak, itu tidak berarti kita saling melukai atau menyakiti.

Apa yang tidak kita bagi.?
Kita saling berbagi segalanya.
.
.
.
Kecuali cinta.


Wednesday, July 24, 2013

Rupa Rupa Hati

.... ,
Secangkir dua cangkir kopi pahit ku sesap tanpa jeda. 
.
.
Sebatang dua batang rokok berakhir abu diatas asbak merah jambu.
.
.
Berpuluh-puluh halaman kertas penuh tulisan lecak tanpa terbaca, 
tetapi penuh tetes; entah dari mata, entah dari hati.
.
.
Entah harus bersuka atau berduka dalam cita. 

Hatiku seperti abu diatas asbak merah jambu, Melihat namamu akan terpatri dalam cincin seorang perempuan; yang kehidupannya begitu ku irikan karena dicintaimu.

Hatiku lebih lecak dari jejak remas tangan di berpuluh halaman surat cinta milik sejarah kita, Melihat namamu telah bersanding manis dalam sebuah undangan pernikahan.

Hatiku lebih pahit dari ampas kopi yang masih tersisa di cangkir, Melihat tidak ada lagi waktu dan kesempatan untuk dapat menghabiskan sisa hidup bersamamu.

.
.
.
Secangkir dua cangkir kopi ku sesap tanpa jeda. Kali ini pakai dua sendok gula, supaya aku selalu ingat, dibalik semua kehancuran ini masih ada kenangan manis tentangmu;
                    
  yang telah mengkristal di hatiku.

Sunday, July 21, 2013

Pagi yang masih sepagi ini

.... ,
Pagi ini, pagi yang masih sepagi ini, semesta menangis.

Langit berduka cita sedalam-dalamnya. Awan-awan berpakaian hitam kelam, bulir-bulir air turun perlahan dari udara, membasahi pagi. Daun-daun tertunduk basah. Jalanan tergenang, kenangan tumpah dimana-mana;
Karenamu.

Pagi ini, pagi yang masih sepagi ini, dingin menyergap kenanganku; menghangatkannya kembali di tungku hati.

Pagi ini, aku tersedu.

Tuesday, July 09, 2013

Sebab

...,
Sebab keindahan tak mesti menjanjikan bahagia.

Sebab tersenyum bukan berarti tak teriris.

Sebab tidak semua yang terlihat mata, benar adanya.

...,
Sebab tidak semua hal yang menyakitkan perlu disebarluaskan, seperti halnya tidak semua hal yang membahagiakan dapat disembunyikan.

...,
Sebab,


Menghasilkan


Akibat.

Katanya

.... ,

Katanya,
Seorang penyair cuma butuh sakit hati untuk menghasilkan sebuah mahakarya.


Kenyataannya,

Seorang penyair butuh lebih dari sekadar perasaan sakit hati untuk berkarya.

Ia perlu meresap perasaan sakitnya menjadi barisan kata-kata, atau warna dan gambar dalam kanvas.
Atau mengiris hati melalui telinga dalam nada.
Atau sekadar tatapan kosong tanpa makna.


Dan terkadang,

Bahagiapun bisa menjadi menyakitkan dalam sebuah karya.

Thursday, June 27, 2013

Surat Cinta dari Pujangga Tanpa Nama

.... ,
Surat dari seorang perempuan kepada kekasih yang akan menikahinya, 

Kepada seorang lelaki yang kelak akan menuntunku dalam hidup dan iman,

Yang kamu tidak tahu adalah bahwa saya tidak hanya memberikan semua yang saya miliki kepadamu.

Tidak hanya sekadar kata-kata yang saya rangkai sebagus bouquet pengantin dan semanis es krim rasa cokelat kesukaan kita.

Tidak hanya sekadar cinta yang senantiasa saya sampaikan padamu dalam tiap peluk, saya rela jadi bintang jatuh untuk mengabulkan apapun permintaanmu

Tidak hanya sekadar keyakinan yang banyak orang pikir saya mainkan dan perasaan orang lain yang turut didalamnya, saya rela menukarnya demi seumur hidup menghabiskan waktu bersama kamu.

Tidak hanya senyum dan tawa yang mungkin perlahan memudar, saya rela kehilangannya demi melihat senyum dan tawa dari wajahmu.

Selamanya bukan waktu yang sebentar, karenanya saya sempat gemetar. Memilih kamu berarti saya harus menerima semua kekuranganmu terutama, sebagai anugerah dan kelebihanmu selanjutnya, sebagai hadiah. 

Ketika saya menyerahkan kedua tangan saya untuk kamu gengam, artinya saya bersedia, bahkan untuk kamu lumpuhkan.

Dan ketika kamu telah memiliki apa yang ingin kamu miliki, mencapai apa yang ingin kamu capai, mendapatkan apa yang kamu butuhkan; apalagi yang kamu cari?

Saya hanya berusaha untuk selalu membuat kamu bahagia, karenanya, tolong, jangan berbicara mengenai perasaan saya. Karena cinta saya tidak perlu kamu mengerti, cukup rasakan saja dan tolong dijaga. Sebab saya bukan perempuan baik yang cukup tangguh untuk kamu. Saya adalah pembangkang paling garang yang harus kamu taklukan, tidak hanya hatinya, tidak hanya hidupnya.

Saya adalah saya, dengan apapun dan bagaimana saya, yang mungkin tidak sepenuhnya pernah bisa kamu terima. Sebab menerima adalah bagian berat dalam hidup, sayang.

Sebab itu saya gemetar. Karena pernikahan bukan kelakar, dan hubungan kita tidak sebentar.

Saya cinta kamu, semoga akan selalu seperti itu.

Ketika nanti godaan datang, bersigaplah saling mengingatkan, bahwa kita punya ikatan. Ketika nanti cobaan ganti bertandang, bersiaplah lama-lama, sebab kita masih berpegangan.

Remind me that we'll always have each other, when everything else is gone.


dari perempuanmu, yang dijadikan Tuhan dengan tulang rusukmu

Thursday, April 25, 2013

Senja dan Perempuan Paruh Baya

.... ,
Aku ingin menulis tentang senja. Senja seperti seorang perempuan paruh baya, menunggu dengan setia. Duduk bersimpuh dibibir pantai, menunggu matahari untuk pulang.

Setiap hari, setiap pukul lima tiga puluh petang, ia termangu diatas pasir putih beralaskan kain tipis merah muda yang mulai kusam warnanya.

Setiap hari, setiap pukul lima tiga puluh petang, ia diam memandang kearah matahari terbenam. Bola matanya hitam pekat, serupa lautan luas yang padam; kau pasti dapat melihat matahari juga tenggelam disana.

Mungkin juga hatinya. Perasaannya serupa bias cahaya oranye yang terpantul diatas laut. Ada tapi seolah-olah tak ada. Lelaki yang dicintainya pasti seperti senja. Indah, namun hanya sesaat saja.

Setiap hari, setiap pukul lima tiga puluh petang, kecuali kalau hujan bertandang dan pantai pasang. Kau akan melihat seorang perempuan paruh baya dengan alas kain tipis merah muda yang mulai kusam warnanya duduk dibibir pantai.

Ia menunggui senja.

Tuesday, April 23, 2013

Jaring Laba-Laba

.... ,

Pernikahan itu seperti jaring laba-laba; kita menjelma menjadi laba-laba kecil yang membangun rumah selebar selangkang ranting.

Tidak perlu besar, tetapi cukup kuat dan kokoh untuk menangkap mangsa dan menahan terpaan angin.

Sering tangan manusia merusaknya, dianggapnya sarang kecil kita seperti pengganggu pemandangan mata mereka. Mereka tidak tahu bahwa sarang kita lebih indah dari rumah mewah kepunyaan mereka. Tau kenapa.? Sebab mereka perlu lahan luas dan biaya mahal untuk membangun rumah, sementara kita hanya perlu selangkang lemari dan ketekunan untuk menghasilkan istana.

Pernikahan itu seperti jaring laba-laba; kita menjelma menjadi mangsa yang terperangkap dalam jaringnya.
Merasa jaring kita sudah cukup kokoh untuk melumat mangsa, tanpa melihat bahwa rekat diantara selangkang lemari tak selekat dulu lagi. Kita harus terus memperbaharui dan memperbaharui, untuk tetap mengutuhkan sarang kecil kita.

Pernikahan itu seperti jaring laba-laba.

Wednesday, March 13, 2013

March

.... ,
Dear Maret, Selamat datang. 13 Hari telah berlalu tanpa cerita, sementara Februari berlalu begitu saja. Meski sangat bermakna. Dan ijinkan saya membagi sedikit cerita yang terlewatkan.

Sekarang saya tidak lagi sendiri. Sekarang saya punya dua lengan yang selalu siap memeluk setiap kali lelah dan bahagia menyerang. 
Saya punya sebuah pelangi dengan lebih dari 7 bias cahaya yang dilukis khusus diatas ujung bibir mungil saya.
Saya punya dunia kecil yang diciptakan khusus untuk tempat segala imajinasi, pikiran, karya dan kesah bisa dibagi.
Saya punya sepuluh jari yang siap mengisi sela-sela kosong jemari saya, dan mencengkramnya erat penuh keyakinan, saat saya sendiri tidak yakin dengan segalanya.
Saya punya tawa. Yang tak pernah habis, terbahak-bahak dan seringkali menggila.
Saya punya partner in crime terbaik, dengan ide-ide luar biasanya yang selalu membuat saya menggelengkan kepala sambil tertawa.
Saya punya dia. 
Seorang adam yang tak pernah jemu memeluk, menyuguhkan tawa dan bahagia, mengingatkan, memberitahu dan mengajari. 
Seorang adam yang tak pernah lelah bersabar, untuk setiap kekanak-kanakan dan emosi saya yang mengesalkan.

Dan semua hal yang tidak cukup ribuan kata-kata merangkainya. Atau mungkin saya yang tak sanggup menyusun kalimat sempurna untuknya.

Tidak percaya dengan apa yang terjadi, tetapi kehendak-Nya memang selalu luar biasa. Dan saya bersyukur. Untuk segala kebahagiaan yang tak terukur.


Sunday, January 27, 2013

Rumah

.... ,
Kadangkala, aku enggan disebut rumah olehmu.

Kepulanganmu memang hal yang begitu ku nantikan, tetapi aku tidak tahu berapa kali kau singgah sebelum pulang.

Friday, January 11, 2013

dua cangkir hati bicara perihal patah hati

.... ,
Dua cangkir hati bicara perihal patah hati.
Sisa bibirmu membekas tidak hanya diujung cangkir kopi, tetapi juga dibibirku.

Manis. 

Getir. 

Pahit.

Bulir ampasnya membercak, di hati. Menyisakan perih.

Kala itu, aku dan kamu sering menghabiskan ribuan detik dengan dua cangkir kopi. Berisi hati dan perasaan cinta yang manis. Hingga pahit kopi terasa nikmat.

Dua cangkir hati bicara perihal patah hati.
Kamu menangis mengingat masa lalu yang begitu sulit terlupakan. Aku meringis mendengarmu masih jelas mengingatnya.

Nyeri.

Nyeri.

Nyeri.

Sakitnya berdenyut-denyut memekak, dari telinga ke ulu hati.


Dua cangkir hati berbicara perihal patah hati.
Aku patah hati karenamu. Kamu patah hati karena dia.

Peluk

.... ,
Hanya dipelukmu saja, aku merasa aman.

Seperti anak kecil yang merajuk ditimang sebelum lelap,
pelukmu adalah ruang paling lapang yang menyejukkan dada.

Sial

.... ,

Sial. Kata-kata tertahan disela jemari saat hendak menguraimu lewat tulisan. Padahal rindu telah mengepul diatas kepala hingga menguap, luruh membasahi hati. Lahar air mata mengalir pelan diujung mataku, panas. Inilah yang paling aku benci darimu: Rindu.

Layaknya hilir yang tak bermuara, aku berarak terombang ambing, digeluti bimbang tiada akhir. Menunggumu memang bukan perintah, tetapi segenap pikiran dan hatiku telah bersepakat menutup pintu dan jendela dalam hati rapat-rapat, hingga sesak kehabisan udara. Kemudian mati, membentuk prasasti dalam hati bertuliskan namamu; yang sesekali masih ku ziarahi dengan membawa rupa-rupa rindu, yang perlahan turut menggerogoti hati yang tinggal sisa-sisa.

Kamu percaya hantu? Aku percaya. Tetapi percayakah kau, tidak semua hantu berasal dari alam ghoib? Percayalah, sebab sebagian lainnya berasal dari masa lalu. Seperti kamu. Kamu dan bayang-bayang masa lalu yang telah ku kubur paksa dalam hati – namun kerap ku ziarahi – sering sekali berkelibat dipikiran. Sesekali mampir dihati, numpang mengiris bawang diatas luka dan memeras jeruk nipis diatas bekasnya yang masih menganga. Kamu lupa? Hati bukan kulit luar yang bisa membentuk koreng dan memastikan lukanya sembuh hanya dengan bekas keloid. Mungkin kamu lupa.

Benarkah kamu tak rela ku lupakan? Hingga dengan keji kamu kerap mengungkit aku. Lantas apa artinya pernyataan “mengapa harus tak rela?”
jawablah sendiri.

Rasa yang masih serupa jentik

.... ,
Aku masih sebentuk embrio saat kau melenyapkan aku.
Sebuah jentik rasa yang masih malu-malu, bahkan untuk merasai detaknya sendiri.

Kau enggan membesarkan dan melahirkan aku, karena kau menganggap aku hina.
Perasaanmu terlarang: jatuh cinta pada seorang pria yang telah berumah tangga.

Kemudian kau memupusku,
Membunuhku dengan keji.

Aku masih serupa denyut-denyut kecil nadimu yang ringkih,
saat kau mengaborsi aku.

Memelukmu dalam rima

.... ,
Aku suka memelukmu lama-lama
Merangkaimu dalam puisi, lebih dari kata-kata
Menciumi keningmu dengan bertubi cinta
Yang tak lekang termakan usia

Aku suka memandangi wajahmu
Menatap paras ayu mu, yang tersibak malu-malu
lengkung senyum pelangi di bibirmu
Yang kerap membuatku lupa waktu

Januari

.... , Tahun baru. 2012 telah berlalu dengan sejuta permasalahannya. 2013 sudah terlewat beberapa hari. Lama tak posting, lama tak bicara. Pergantian tahun kemarin akhirnya bisa merayakannya dirumah, setelah tahun-tahun sebelumnya selalu terlewati diluar rumah. Tahun baru, rasa lama. Masih seputaran ini-itu saja. Kalender berganti dengan cepat, tetapi perasaan tidak pernah secepat itu berganti. Yah, masih selalu belajar untuk bergerak. Karena pada akhirnya, segala sesuatu memang harus bergerak, entah maju ataupun mundur. Tetapi semoga gue tidak berjalan mundur. 

Wops! Keinginan menulis maju mundur naik turun, sesuai ritme hati. Salah kelihatannya. Mendadak suka kehabisan niat dan asa, hingga putus begitu saja. Tetapi putus asa itu bukan pilihan karena masih banyak yang bisa dilakukan dan dipelajari. 

Ada yang datang, ada yang pergi. Ada yang dimulai dan ada yang diakhiri. Semoga awal tahun ini menjanjikan keberuntungan, dan semoga tahun ini dilimpahi berkat yang tak berkesudahan.

Selamat datang 2013, selamat.