Wednesday, July 24, 2013

Rupa Rupa Hati

.... ,
Secangkir dua cangkir kopi pahit ku sesap tanpa jeda. 
.
.
Sebatang dua batang rokok berakhir abu diatas asbak merah jambu.
.
.
Berpuluh-puluh halaman kertas penuh tulisan lecak tanpa terbaca, 
tetapi penuh tetes; entah dari mata, entah dari hati.
.
.
Entah harus bersuka atau berduka dalam cita. 

Hatiku seperti abu diatas asbak merah jambu, Melihat namamu akan terpatri dalam cincin seorang perempuan; yang kehidupannya begitu ku irikan karena dicintaimu.

Hatiku lebih lecak dari jejak remas tangan di berpuluh halaman surat cinta milik sejarah kita, Melihat namamu telah bersanding manis dalam sebuah undangan pernikahan.

Hatiku lebih pahit dari ampas kopi yang masih tersisa di cangkir, Melihat tidak ada lagi waktu dan kesempatan untuk dapat menghabiskan sisa hidup bersamamu.

.
.
.
Secangkir dua cangkir kopi ku sesap tanpa jeda. Kali ini pakai dua sendok gula, supaya aku selalu ingat, dibalik semua kehancuran ini masih ada kenangan manis tentangmu;
                    
  yang telah mengkristal di hatiku.

No comments:

Post a Comment