.... ,
Dua cangkir hati bicara perihal patah hati.
Sisa bibirmu membekas tidak hanya diujung cangkir kopi, tetapi juga dibibirku.
Manis.
Getir.
Pahit.
Bulir ampasnya membercak, di hati. Menyisakan perih.
Kala itu, aku dan kamu sering menghabiskan ribuan detik dengan dua cangkir kopi. Berisi hati dan perasaan cinta yang manis. Hingga pahit kopi terasa nikmat.
Dua cangkir hati bicara perihal patah hati.
Kamu menangis mengingat masa lalu yang begitu sulit terlupakan. Aku meringis mendengarmu masih jelas mengingatnya.
Nyeri.
Nyeri.
Nyeri.
Sakitnya berdenyut-denyut memekak, dari telinga ke ulu hati.
Dua cangkir hati berbicara perihal patah hati.
Aku patah hati karenamu. Kamu patah hati karena dia.
No comments:
Post a Comment