Friday, January 11, 2013

Sial

.... ,

Sial. Kata-kata tertahan disela jemari saat hendak menguraimu lewat tulisan. Padahal rindu telah mengepul diatas kepala hingga menguap, luruh membasahi hati. Lahar air mata mengalir pelan diujung mataku, panas. Inilah yang paling aku benci darimu: Rindu.

Layaknya hilir yang tak bermuara, aku berarak terombang ambing, digeluti bimbang tiada akhir. Menunggumu memang bukan perintah, tetapi segenap pikiran dan hatiku telah bersepakat menutup pintu dan jendela dalam hati rapat-rapat, hingga sesak kehabisan udara. Kemudian mati, membentuk prasasti dalam hati bertuliskan namamu; yang sesekali masih ku ziarahi dengan membawa rupa-rupa rindu, yang perlahan turut menggerogoti hati yang tinggal sisa-sisa.

Kamu percaya hantu? Aku percaya. Tetapi percayakah kau, tidak semua hantu berasal dari alam ghoib? Percayalah, sebab sebagian lainnya berasal dari masa lalu. Seperti kamu. Kamu dan bayang-bayang masa lalu yang telah ku kubur paksa dalam hati – namun kerap ku ziarahi – sering sekali berkelibat dipikiran. Sesekali mampir dihati, numpang mengiris bawang diatas luka dan memeras jeruk nipis diatas bekasnya yang masih menganga. Kamu lupa? Hati bukan kulit luar yang bisa membentuk koreng dan memastikan lukanya sembuh hanya dengan bekas keloid. Mungkin kamu lupa.

Benarkah kamu tak rela ku lupakan? Hingga dengan keji kamu kerap mengungkit aku. Lantas apa artinya pernyataan “mengapa harus tak rela?”
jawablah sendiri.

No comments:

Post a Comment