.... ,
Ruang hidup kita yang terlalu sempit, atau aku yang terlalu
besar?
Hingga setiap A yang kau eja mampu ku dengar.
Setiap B, C, D yang ku
bisikan sampai juga padamu.
Ruang gerak kita yang itu-itu melulu, atau kamu yang tak
bisa beranjak?
Hingga setiap E yang kau jabat, ku kenal.
Setiap F, G, H yang ku
benci, kau tau.
Mungkin saja bumi terlalu kecil untuk kita,
hingga setiap
kita melangkah selalu terbit jumpa. Atau mungkin bumi terlalu bulat,
hingga tak
ada sudut yang cukup untuk kita bersembunyi.
Tak ada ruang. Sekalipun hampa.
Kau ada dimana-mana. Aku ada dimana-mana.
Kita seperti kuman yang memenuhi udara.
Saling berpelukan
untuk menjatuhkan. Menjangkiti setiap insan menjadi dekat, kemudian
terpisahkan.
Ruang lingkup kita yang terlalu nyata,
atau aku yang tak
bisa berhenti membayang? Hingga setiap tarikan nafasku masih ada dirimu. Setiap
tatapanmu masih memantulkan aku.
Mungkin saja Tuhan terlalu naïf, hingga kita diletakkannya
dalam lingkaran setan yang tak putus-putus.
Hanya untuk saling mengingat.
Atau mungkin Tuhan belum menemukan akhir yang menarik untuk
dituliskannya dalam skenario kehidupan kita,
hingga beragam adegan diuji paksa;
untuk menemukan kesesuaian.
Hanya untuk mencari takdir.
Tak ada benang. Namun saling mengikat.
Layaknya magnet kutub U dan S, tarik menarik tanpa henti.
.
.
Namun tak juga saling memiliki.
No comments:
Post a Comment