.... , Setiap pujangga selalu punya kata untuk hal-hal kecil yang kadang tak kasat mata. Seperti aku mampu melihat cinta, bahkan ketika kau tak sadar pernah memilikinya. Setiap pelukis selalu punya sisi pandang istimewa setiap kali menggoreskan kuas diatas kanvasnya. Seperti aku selalu melihatmu sebagai keindahan dan anugerah, bahkan ketika kau selalu menganggap dirimu sebuah musibah.
Setiap persoalan pasti punya akar permulaan. Namun aku tak pernah tahu sejak kapan aku mulai jatuh cinta padamu. Mengalir seperti air dari hulu, begitu saja terbawa arus. Bebas bergerak, memenuhi ruang dan kemudian menyejukkan. Kau hadir seperti perkara, tanpa undangan tanpa pamit. Selalu begitu saja. Tak terselesaikan, kadang tanpa akhir.
Namun disaat setiap pertemuan akan menghadirkan perpisahan: Aku berharap kita tak perlu bertemu. Biarlah setiap pertemuan-pertemuan singkat kita menggantung tanpa selamat tinggal. Sehingga tak perlu ada hai, lagi. Dan lagi. Kita akan bersikap layaknya magnet kutub utara dan selatan, saling menarik; saling menemukan. Sekali lagi tidak ada hai, tidak ada selamat tinggal: Hanya sebuah senyuman dengan kata, "Aku pulang" dan "Selamat datang"
Begitu saja.
Namun disaat setiap pertemuan akan menghadirkan perpisahan: Aku berharap kita tak perlu bertemu. Biarlah setiap pertemuan-pertemuan singkat kita menggantung tanpa selamat tinggal. Sehingga tak perlu ada hai, lagi. Dan lagi. Kita akan bersikap layaknya magnet kutub utara dan selatan, saling menarik; saling menemukan. Sekali lagi tidak ada hai, tidak ada selamat tinggal: Hanya sebuah senyuman dengan kata, "Aku pulang" dan "Selamat datang"
Begitu saja.
No comments:
Post a Comment