.... ,
Kau bersenjata, akupun juga.
Amunisimu lengkap, akupun demikian.
Kau menodongkan bedil tepat dikepala.
Aku tersenyum. Aku tahu kau tidak main-main.
Ditanganku ada belati.
Aku bisa menusukmu kapan saja dengan jarak sedekat ini.
Tapi aku hanya tersenyum.
Kau menarik pelatuk, melepaskannya di kepala, kemudian jantung.
Mematikan tak hanya logika, tapi juga denyut rasa yang mengaliriku.
Seketika berhenti begitu saja.
Aku mati.
Aku kalah telak.
Aku mempersenjatai diri, tapi tak ku gunakan sama sekali.
Sungguh duel yang percuma.
Karena kamu,
.
.
.
Bahkan setelah semuanya telah berakhir, aku masih menjaga perasaanmu.
Sesayang itulah aku padamu.
No comments:
Post a Comment