.... ,
Sebut saja aku rasa. Senyawa aktif yang hidup ditiap mahluk,
termasuk manusia. Sifatku kasat mata. Bahkan hampir tak memiliki rupa. Seperti
oksigen yang terhirup keluar masuk peparu, aku suka melintas menggoda pikiran,
kadang singgah sejenak untuk minum kopi bersama pikiran-pikiran busuk manusia,
kemudian pergi begitu saja. Berkelana mencari celah dari gelisah.
Hei, akulah
pembawa resahmu!
Katanya aku bisa dimanipulasi, kenyataannya otaklah yang
suka memanipulasi aku! Memperdaya aku dengan realitas yang tak sepihak
denganku. Otak terlalu ego, takut kehilangan perannya.
Padahal, tidak semua hal harus dipikirkan kan?
Sebut saja aku otak. Organ terintim mahluk hidup, juga
manusia. Aku menciptakan pikiran, mengendalikan gerak. Termasuk rasa. Ia adalah
penghianat kecil yang tak pernah mengakui aku sebagai penciptanya. Selalu
berusaha unjuk gigi, mengambil alih peranku.
Katanya aku memanipulasi rasa, kenyataannya rasa lah yang
membiarkan dirinya terjebak dalam realitas yang tak seharusnya. Rasa sangat
ego, ingin selalu ada didepan dan dipentingkan.
Padahal, banyak hal yang lebih penting daripada rasa kan?
Aku manusia. Katanya aku dilengkapi akal dan budi, pikiran
dan rasa. Aku selalu lemah terhadap rasa, tapi aku suka!
Sama halnya ketika aku
berpikir bagaimana harus merasakan.
No comments:
Post a Comment