Wednesday, December 05, 2012

December

.... , Selamat datang Desember. Bulan penutupan tahun 2012. Banyak suratan yang terjadi telah terjadi sepanjang tahun ini, banyak pula yang akan terjadi untuk melengkapi catatan tahun 2012. Tidak terasa sudah mau tahun baru lagi, padahal rasanya baru kemarin bersenang-senang di ujung Jakarta bersama kawan menghitung detik.

Sudah hanpir setahun, pa. Ini akan menjadi Natal dan tahun baru pertama tanpamu. Begitu pula tahun-tahun berikutnya. Masih saja terus menggema, sakit yang kerap membuat langkah terhenti, senyum memudar dan lupa kemana harus berjalan.

Meskipun begitu, 2012 istimewa. Bersyukurlah untuk semua pedih dan suka yang hilir mudik mampir, menguatkan dan melemahkan, namun tetap mengajak untuk bertahan. Untuk kawan-kawan baru, pola pikir baru, ilmu dan sosialisasi baru, kebiasaan baru, stagnansi membulan yang luar biasa (semoga tidak menahun), support dan doa yang terus mengalir, dan semua hal yang membuat tiap tarikan nafas jadi lebih bermakna.

Desember diawali dengan sukacita Natal dan euforia liburan yang mulai menyergap dimana-mana. Suasana menjadi lebih calm down sekaligus agresif menjelang penutupan tahun. 2012, bukan berarti tahun kegagalan, hanya saja tahun yang penuh pelajaran. Semoga pelajaran berharga tahun ini mampu diaplikasi dan tidak terulang ditahun depan.

Semoga doa-doa dan niat baik menyertai sepanjang tahun 2013 nanti. Semoga desember ini dapat menjadi tutup buku mengenai semua hal buruk, dan mulai membuka lembaran baru untuk menulis lanjutan kisah di chapter baru. Selamat bulan Desember, Ve. Tutuplah tahun ini dengan sesuatu yang manis untuk menjadi pelajaran di tahun depan. Jangan berhenti, jangan melarut. Berdirilah kemudian berjalanlah. Untuk apapun yang akan ada di depan nanti, hadapilah.

Desember, be nice please. :)

Untuk kamu. Kepada kamu.

.... ,
Rindu menjelma serupa peluru dalam senapan yang dihardik tepat di dadaku.

Terasa dingin, membuat degup dan tarikan nafasku saling memburu. Berduel siapa yang lebih dulu akan berhenti.

Untuk kamu. Kepada kamu. Aku rela diberondong rindu sampai mati.

Sayangnya aku tak pernah mati. Meskipun berpuluh-puluh selongsong peluru telah menghujam di dadaku.

..... dan rinduku masih semu.